Objek sasaran prinsip alat evaluasi :
A. Subjek dan sasaran evaluasi
1. subjek evaluasi
Yang
dimaksud dengan subjek evaluasi adalahorang yang melakukan pekerjaan
evaluasi. Siapa yang biasa disebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap
tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang
berlaku.
Contoh:
a. untuk melaksanakan evaluasi tentang prestasi belajar atau pencapaian maka sebagai subjek evaluasi adalah guru.
b. Untuk
melaksanakan evaluasi sikap yang menggunakan sebuah skala maka sebagai
subjeknya dapat meminta petugas yang ditunjuk, dengan didahului oleh
suatu latihan melaksanakan evaluasi tersebut.
c. Untuk
melaksanakan evaluasi terhadap kepribadian dimana menggunakan sebuah
alat uaakur yang sudah distandarisasikan maka subjeknya adalah ahli-ahli
psikologi. Disamping alat-alatnya yang harus bersifat rahasia maka
subjek evaluasi haruslah seorang yang betul-betul ahli karena jawaban
dan tingkah laku orang yang di tes harus diinterpretasikan dengan cara
tertentu.
2. sasaran evaluasi
Subjek
atau sasaran evaluasi adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat
pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu
tersebut.
Dengan masih menggunakan diagram tentang transformasi maka sasaran penilaian untuk unsure-unsurnya meliputi:
a. Input
Calon
siswa sebagai pribadi yang utuih dapat ditinjau dari beberapa segi yang
menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat
untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4
hal:
1) Kemampuan
Calon
siswa harus memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan
untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude test.
2) Kepribadian
Adalah
yang terdapat pada diri manusia dan menampakan bentuknya dalam tingkah
laku. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes
kepribadian atau personality test.
3) Sikap-sikap
Sikap
ini merupakan ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai
gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Alat untuk
mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude test. Oleh karena tes ini berupa skala maka lalu disebut skala sikap atau attitude scale.
4) Intelegensi
Untuk
mengetahui tingkat intelegensi ini digunakan tes intelegensi yang sudah
banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah
tes buatan Binet dan Simon yang dikenal dengan te Binet-Simon. Selain
itu ada lagi tes-tes yang lain misalnya SPM, tintum, dan sebagainya.
b. Transformasi
Unsure-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain:
1) Kurikulum / materi
2) Metode dan cara penilaian.
3) Sarana pendidikan/media.
4) System administrasi.
5) Guru dan personal lainnya.
c. Output
Penilaian
terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahiu seberapa jauh
tingkat pencapaian atau prestasi belajar mereka selama mengikuti
program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes
pencapaian atau achievement test.
B. Prinsip-prinsip evaluasi
Terdapat
beberapa prinsip yang perlu diperhatiakn dalam melakukan evaluasi.
Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Keterpaduan
Tujuan
intruksional, materi dan metode pengajaran, serta evaluasi merupakan
tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dpisahkan. Karena itu,
perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu mentusun satuan
pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan
intruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan.
2. Keterlibatan Siswa
Prinsip
ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA yang menuntut
keterlibatan siswa aevara aktif, siswa mutlak. Untuk dapat mengetahui
sejauh mana siswa berhasil dalam kegiata belajar-mengajar yang
dijalaninya secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi. Dengan demikian,
evaluasi bagi siswa merupakan kebutuhan bukan sesuata yang dihindari.
Penyajian evaluasi oleh guru merupakan upaya guru untuk memenuhi
kebutuhan siswa akan informasi mengenai kemajuan nya dalam program
belajar-mengajar.
3. Koherensi
Evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur.
4. Pedagogis
Evaluasi
juga perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku
dari segi pedagogis. Hasil evaluasi hendaknya dirasakan sebagai ganjaran
bagi yang berhasil tetapi merupakan hukuman bagi yang tidak/kurang
berhasil.
5. Akuntabilitas
Sejauh
mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan
pertanggungjawaban (accountability).
Ada prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi ( hubungan erat tiga komponen ) yaitu antara:
a. Tujuan pembelajaran
b. Kegiatan pembelajaran atau KBM, dan
c. Evaluasi
Prinsip-prinsip pengukuran prestasi belajar
Tes
prestasi yang layak tentulah dapat diperoleh apabila penyusunannya
didasari oleh prinsip-prinsip pengukuran yang berlalu sehingga manjadi
saran a yang positif dalam meningkatkan proses kegiatan
belajar-mengajar.
Grounlund
(1977) dalam bukunya mengenai penyusunan tes prestasi merumuskan
beberapa prinsip dasar dalam penguikuran prestasi sebagai berikut:
1. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan intruksional.
2. Tes
prestasi harus mengukur suatu sample yang representative dari hasil
belajar dan dari materi yang dicakup oleh program intruksional atau
pengajaran
3. Tes prestasi harus berisi item-item denagn tipe yang paling cocok guna mengukur hasul belajar yang diinginkan
4. Tes prestasi harus dirancanag sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya
5. Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dari hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati
6. Tes prestasi harus dapat diguinakan untuk meningkatkan belajar para anak didik
C. Alat evaluasi
Dalam
pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk
mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan
secara lebih efektif dan efisien. Kata alat biasa disebut juga dengan
istilah “instrument”. Dengan demikian maka alat evaluasi juga dikenal
dengan instrument evaluasi.
Alat
evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu yang
dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi . dalam
menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara atau tehnik. Ada dua teknik evaluasi, yaitu:
1. Teknik Nontes
Yang tergolong teknik nontes adalah:
a. Skala bertingkat (rating scale)
Skala
menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil
pertimbangan. Sebagai contoh adalah skor atau biji yang diberikan oleh
gurui disekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa.
b. Kuesioner (questionair)
Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Tentang macam kuesionar dapat ditinjau dari beberapa segi.
1) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab:
· Kuesioner langsung
· Kuesioner tidak langsung
2) Ditinjau dari segi cara menjawab :
· Kuesioner tertutup
· Kuesioner terbuka
c. Daftar cocok (chek list)
Yang
dimaksud denagn daftar cocok (chek list) adalah deretan pernyataan
(yang biasanya singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi
tinggal membutuhkan tanda “cocok” ( ) ditempat yang sudah disediakan.
d. Wawancara (interview)
Adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan Tanya jawab sepihak.
Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara:
· Interviu bebas
· Interviu terpimpin
e. Pengamatan (observation)
Adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis:
Ada 3 macam observasi
· Observasi partisipan
· Observasi sistematik
· Observasi eksperimental
f. Riwayat hidup
Adalah gambaran tentang keadaan seseorang dalam masa kehidupannya.
2. Teknik Tes
Merupakan
suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan
alat-alat yang lain tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan
batasan-batasan.
Tes mempunya fungsi ganda yaitu untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.
Ditinjau dari segi kegunaannya untuk mengukur siswa maka dibedakan atas adanya 3 macam tes, yaitu:
a. Tes diagnostic
Sebelum memberikan bantuan dengan tepat, guru harus mengadakan tes yang maksudnya mengadakan diagnosis. Tes ini disebut tes diagnostic.
Tes
dasgnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
b. Tes formatif
Tes ini diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses.
c. Tes sumatif
Tes
ini dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau
sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman disekolah tes formatif
dapat disamakan dengan ulangan harian , sedangkan tes sumatif ini dapat
disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap
akhir caturwulan atau akhir semester.
Perbandingan antara tes diagnostic, tes formatif, dan tes sumatif
a. Ditinjau dari fungsinya
1) Tes diagnostic
§ Menentukan apakah bahan prasyarat tekah dikuasai atau belum.
§ Menentukan tingkat penguasan siswa terhadap bahan yang dipelajari
§ Memisah-misahkan, (mengelompokan siswa berdasarkan kemampuan dalam menerima pelajaran yang akan dipelajari
§ Menentuikan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami untuk menentukan cara yang khusus untuk mengatasi atau memberikan bimbingan
2) Tes formatif
Sebagai umpan balik bagi siswa, guru, maupun program untuk menilai pelaksanaan satu unit program.
3) Tes sumatif
Untuk
memberikan tanda kepada siswa bahwa telah mengikuti suatu program,
serta menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawannya.
b. Dilihat dari waktu
1) Tes diagnostic
§ Pada waktu penyaringan calon siswa
§ Pada waktu membagi kelas atau permulaan memberikan pelajaran
§ Selama pelajaran berlangsung bila guru akan memberikan bantuan kepada siswa
2) Tes formatif
Selama pelajaran berlangsung untuk mengetahui kekurangan agar pejaran dapat berlangsung sebaik-baiknya.
3) Tes sumatif
Pada akhir unit catur wulan, semester akhir tahun, akhir pendidikan.
c. Ditinijau dari titik betar penilaian
1) Tes dignostik
§ Tingkah laku kognitif, afektif, psikomotorik
§ Factor-faktor pisik, psikologis dan lingkungan
2) Tes formatif
Menentukan pada tingkah laku kognitif
3) Tes sumatif
Pada umumnya menentukan tingkah laku kogntif, tetapi adakalanya pada tingkah laku psikomotor dan kadang-kadang pada afektif.
d. Ditinjau dari alat evaluasi
1) Tes dignostik
§ Tes prestasi belajar yang sudah distandarisasikan
§ Tes diagnostic yang sudah sistandarisasikan
§ Tes bustan guru
§ Pengamatan dan daftar cocok
2) Tes formatif
Tes prestasi belajar yang disusun secara baik.
3) Tes sumatif
Tes ujian akhir.
e. Ditinjau dari cara memilih tujuan yanga dievaluasi
1) Tes dignostik
§ Memilih tiap-tiap ketrampilan prasyarat
§ Memilih tujuan setiap program pelajaran secara berimbang
§ Memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental, dan perasaan.
2) Tes formatif
Mengukur semua tujuan instruksional khusus.
3) Tes sumatif
Mengukur tujuan intruksional umum.
f. Ditinjau dari tingkat kesulitan tes
1) Tes dignostik
Mengukur ketrampilan dasar, diambil soal tes yang mudah, yang tingkat kesulitannya (indeks kesukaran) 0,65 atau lebih.
2) Tes formatif
Belum dapat ditentukan.
3) Tes sumatif
Rata-rata mempunyai tingkat kesulitan antara 0,35 sampai 0,70.
g. Ditinjau dari ckoring(cara menyekor)
1) Tes dignostik
Menggunakan standar mutlak dan standar relative.
2) Tes formatif
Menggunakan standar mutlak.
3) Tes sumatif
Kebanyakan menggunakan standar relative, tetapi dapat pula dipakai standar mutlak.
h. Ditinjau dari tingkat pencapaian
1) Tes dignostik
Untuk
tes diagnostic yang sifatnya memonitor kemajuan, tingkat pencapaian
yang diperoleh siswa merupakan informasi tentang keberhasilannya.
Tindakan guru selanjutnya adalah menyesuaikan dengan hasil tes
diagnostic.
2) Tes formatif
Ditinjau
dari tujuan, tes formatif digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah
mencapai tujuan intruksional umum yang diuraikan menjadi tujuan
intruksional khusus.
3) Tes sumatif
Sesuai
dengan fungsi tes sumatif yaitu memberikan tanda kepada siswa bahwa
mereka telah mengikuti suatu program dan untuk menentukan posisi
kemampuan siswa dibandingkan dengan kawan dalam kelompoknya, maka tidak
diperlukan suatu tuntutan harus berapa tingkat penguasaan yang dicapai.
i. Ditinjau dari cara pencatatan hasil
1) Tes dignostik
Dicatat dan dilaporkan dalam bentuk profil.
2) Tes formatif
Prestasi tiap siswa dilaporkan dalam bentuk catatan berhasil atau gagal menguasai suatu tugas.
3) Tes sumatif
Keseluruhan skor atau sebagian skor dari tujuan-tujuan yang dicapai.
Related Posts : ilmu pendidikan,
makalah