Pendidikan Seks ( Sex Education )

Sex Education :

Pendidikan Seks ( Sex Education )
(zoya amirin)
A. Latar Belakang Pentingnya Pendidikan Seks

Sex education atau pendidikan seks secara umum adalah pendidikan di segala aspek tentang seksualitas seperti fisiologis, reproduktif, performatif, emosional dan hubungan inter-personal. Lebih khusus lagi, pendidikan seks selain menekankan pada aspek fisiologis dan reproduktif dari seks, sehubungan dengan informasi seksualitas, tetapi sebuah pendidikan seks menciptakan perubahan perilaku dan sikap terhadap seksualitas yaitu bersikap lebih positif dan berperilaku seks yang sehat.
Perhatian terhadap masalah seksual selalu diutamakan dalam perkembangan psikoseksual pada masa remaja setidaknya pada budaya-budaya dimana terdapat extended period atau rentang waktu yang relatif semakin lama antara permulaan pubertas dan pernikahan. Tetapi seks secara hati-hati telah diatur oleh masyarakat. Pada generasi terdahulu, pembicaran mengenai seks dilakukan secara diam-diam atau bahkan tidak sama sekali, dan jarang dilakukan sebelum nikah. Beberapa dekade terakhir terlihat perubahan menakjubkan pada hampir semua negara-negara barat yang lebih terbuka pada seksualitas dan telah banyak digambarkan serta dibicarakan.
Sekarang ini kita tidak dapat lepas dari pesan-pesan seksual pada media berita, film, televisi, MTV, dan internet, demikian juga pada iklan-iklan yang terdapat pada segala macam produk. Hal-hal tersebut diatas sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak dan remaja yang mungkin bisa penulis gunakan istilah sekarang sebagai "MTV Generation", dimana mereka lebih cepat menyerap informasi dari media-media tersebut dibandingkan apa yang dapat mereka serap dari bidang pendidikan formal di sekolah misalnya.
Terjadi perubahan yang lebih banyak lagi tentang seks. Sekarang ini seks tidak hanya terbatas pada pernikahan saja, dan keanekaragaman dari pengalaman seksual jauh lebih umum baik dalam praktek maupun orientasi seksual, misalkan pada budaya yang sangat menyanjung virginity atau keperawanan, maka arti "virgin" sendiri bisa relatif ditafsirkan berbeda secara fisiologis dan psikologis.
Perubahan-perubahan ini juga direfleksikan pada perubahan dalam pesan-pesan masyarakat terhadap manajemen resiko dari aktivitas seksual. Dahulu, pesan yang berlaku dalam masyarakat yaitu "Jangan melakukan hubungan seks sebelum menikah atau seks pranikah dilarang"  mencerminkan kemungkinan besar dari akibat-akibat yang harus dibayar mahal seperti kehancuran reputasi diri dan keluarga, atau kehamilan yang tidak diinginkan. Jadi pada masa itu, pesan-pesan tersebut menekankan lebih kepada tindakan preventif atau pencegahan terjadinya seks pranikah yang berujung pada terjadinya kehamilan di luar pernikahan dan dapat merusak reputasi dari orang-orang yang mempunyai hubungan dengan pelakunya.
Sekarang ini ada tambahan kebutuhan lagi yaitu untuk berjuang dengan tantangan-tantangan sehubungan dengan isu-isu kesehatan seksual. Seperti juga dengan masalah tingginya angka kehamilan yang tidak diinginkan terutama sebelum nikah, ada juga masalah tentang rentannya terhadap HIV dan infeksi-infeksi menular seksual (Sexual Transmitted Infections) lainnya. Potensi untuk resiko-resiko yang mengancam kesehatan kaum muda dan beban yang besar pada masyarakat terkait dengan masalah ini  mendorong untuk  memberikan pengarahan & pembimbingan (guidance) yang lebih luas mengarah pada responsible decision making (Feldman, Rosenthal, 2002). Pesannya sekarang menjadi "Bila anda melakukan seks, lakukanlah dengan aman", dan kata aman disini dimaksudkan untuk pencegahan penyakit. Saat ini, banyak institusi terutama sekolah-sekolah, meng-kampanyekan program pendidikan seks sebagai satu-satunya cara yang dianggap efisien untuk menyampaikan pesan terhadap  safe sex atau seks yang aman. Pesan lama, sekarang diterjemahkan menjadi lebih sederhana yaitu "katakan tidak", tetap menjadi pesan yang paling  dominan, walaupun pada kenyataannya bahwa perilaku dan sikap seks pada individu adalah normatif.
Garis besarnya, pendidikan seks terutama pada masa remaja adalah sangat penting karena pada masa-masa tersebut remaja sedang berusaha untuk mencari jatidirinya dan banyak hal yang ingin dibuktikan dari keingintahuan remaja terhadap segala hal termasuk seks. Sehingga pendidikan seks mempunyai peranan yang besar bagi remaja terhadap pengambilan keputusan dalam masalah seks.

B. Apa Saja Yang Dijarkan Dalam Pendidikan Seks?

Ada beberapa pertanyaan yang timbul pada saat pertama kali gagasan mengenai pendidikan seks dimunculkan terutama dari orang tua yang paling sering diantaranya adalah  apa saja yang diajarkan dalam pendidikan seks? Untuk pertanyaan ini, ada sebuah buku karangan Dr. Miriam Stoppard berjudul "Sex Ed. Growing Up, Relationships, and Sex" yang mengulas mengenai pendidikan seks secara sederhana dengan ilustrasi-ilustrasi gambar yang mudah dimengerti. Hal-hal yang umum dibahas dan diajarkan dalam  pendidikan seks adalah sebagai berikut :
1)    Friendship, kedewasaan dan tanggung jawab; seiring dengan meningkatnya sexual awareness sangatlah mudah untuk kehilangan pandangan terhadap friendship. Friendship lebih berharga dari bentuk-bentuk hubungan atau relationship yang lain, sehingga harus menjadi dasar dari sebuah loving sexual relationship. Perilaku terhadap teman dan keluarga merefleksikan kedewasaan dan kedewasaan itu sejalan dengan kemampuan untuk mengembangkan sikap tanggung jawab terhadap hubungan seksual.
2)    Fisiologi atau bentuk tubuh pria dan wanita secara umum (pengenalan mengenai apa itu penis, vagina dan fungsi-fungsi yang lain).
3)     Perubahan tubuh dari masa puber menjadi orang dewasa secara fisik dan emosional.
a)    Pada anak perempuan seperti siklus menstruasi, tumbuhnya bulu-bulu pada bagian-bagian tubuh tertentu, bertambah besarnya payudara, dll.
b)    Pada anak laki-laki seperti mimpi basah, mulai berproduksinya sperma, tumbuhnya bulu-bulu pada bagian-bagian tubuh tertentu, dll.
c)    Perubahan-perubahan hormonal yang dapat mempengaruhi emosi seperti yo-yo sindrome, meningkatnya hasrat seks dan bagaimana cara mengatasinya, sikap terhadap orang tua dan keluarga dalam situasi-situasi tertentu.
4)    Boy meets girl - apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan

5)    Hal-hal yang lebih serius lagi yaitu tentang seks
a)    Getting involved, sensitive places, getting closer sampai pada intercourse at the first time.

6)    Safe sex atau seks aman yang berarti bertanggung jawab dalam seks.

7)    Kesehatan dan reproduksi seksual (STI, HIV, kehamilan, aborsi, dll).

8)    Eksplorasi seksual seperti fantasi-fantasi seksual, masturbasi, homoseksualitas,  dan lain-lain.
Tidak ada seorangpun yang dapat meyakinkan bahwa anak-anak dan remaja harus diabaikan dari pemberian informasi tentang seks. Apabila anak-anak menjadi lebih familiar tentang dasar-dasar dari seksualitas sebagai bagian dari masa pertumbuhannya, pada tingkatan yang menyebabkan mereka menjadi tidak nyaman, lebih banyak informasi yang diperoleh lebih baik. Orang-orang yang bersikap skeptis tehadap pendidikan seks tidak dapat lagi meng-claim bahwa hal ini malah dapat mendorong atau memperbolehkan seks sebelum waktunya; karena pada kenyatannya malah sebaliknya, dan banyak sekali penelitian yang mendukung hal ini. Hal ini dikarenakan informasi yang diperlukan oleh individu mereka dapatkan secara benar dan jelas melalui pendidikan seks, sehingga pada waktunya mereka tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan bertanggung jawab atas semua pilihan yang mereka ambil.
Berdasarkan ini maka cara yang paling efektif untuk mendorong perilaku seksual supaya menjadi bertanggung jawab, caring, loving, adalah dengan pendidikan seks.

C. Bimbingan Seks dan Komunikasi Untuk Remaja

Potensi untuk resiko-resiko yang mengancam kesehatan anak-anak muda dan beban yang besar pada masyarakat terkait dengan masalah ini  mendorong untuk memberikan bimbingan pada anak-anak muda dalam pengambilan keputusan seputar masalah seksual. Tetapi siapa yang harus memberikan bimbingan? Satu jalan yang penting untuk dapat menyentuh anak-anak muda adalah melalui pendidikan seks di sekolah, dimana dibeberapa negara hal ini diwajibkan. Bagaimanapun juga, program sekolah dirancang sebagai tambahan dan bukan sebagai pengganti bagi parental communication tentang seks dan seksualitas. 
Bernegosiasi secara seksual selama masa remaja adalah tugas yang sulit dan dapat membuahkan hasil yang membahayakan apabila keputusan yang diambil salah. Para pakar, orangtua dan remaja semuanya percaya bahwa orangtua mempunyai peran penting dalam memberikan pendidikan seks pada anak-anaknya dan komunikasi antara orangtua-anak mempunyai potensi untuk menolong remaja dalam membuat keputusan-keputusan seksual yang baik. Bagaimanapun juga, orangtua sadar bahwa tugas tersebut menakutkan; mereka seringkali merasa takut salah, dan remaja merasa risih dan mencurigai orangtua mereka terlalu ikut campur dalam kehidupan pribadi mereka.
Konsep klasik dari komunikasi dibedakan menadi 5 komponen dalam proses komunikasi (Feldman, Rosenthal, 2002) :
1)    Sumber komunikasi
2)    Komunikasi itu sendiri
3)    Media atau saluran dimana pesan-pesan tersebut disampaikan. Misalnya, tatap muka, materi tertulis, alat-alat peraga, dll.
4)    Recipient atau penerima pesan
5)    Konteks dimana komunikasi tersebut terjadi
Konsep tersebut diatas dapat diterapkan dalam meng-komunikasikan pendidikan seks dari orangtua terhadap anak, sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan tidak ada prasangka yang negatif dari anak terhadap orangtua. Dan apabila ada pertanyaan dari anak kepada orangtua tentang seks yang tidak bisa dijawab oleh orangtua pada saat itu, maka sebaiknya orangtua mengarahkan anak untuk mencari jawaban atau orangtua mencari jawaban dari sumber-sumber yang dapat dipercaya seperti dari para ahli yang berkompeten dalam bidang tersebut.

D. Kesimpulan

Pendidikan seks terutama pada masa remaja dirasakan sangat penting mengingat masa-masa tersebut adalah sangat penting atau crucial dalam perkembangan psikoseksual mereka baik secara fisik dan mental, dimana masa remaja adalah masa kehidupan seks individu yang paling aktif. Pada masa ini  seorang remaja diharapkan memiliki kedewasaan secara psikologis seiring dengan perkembangan biologisnya saat mengalami pubertas, sehingga mereka tumbuh menjadi individu yang mencintai dan menghargai dirinya dimana mereka juga nyaman terhadap seksualitasnya.
Tetapi ada juga orang-orang yang skeptis mengenai hal ini dan menganggap bahwa pendidikan seks itu tidak bermanfaat malah ada juga yang beranggapan bahwa pendidikan seks itu mendorong orang untuk berbuat lebih jauh daripada yang sudah diketahuinya dalam hal seks. Dan juga orang dewasa yang pada masa remajanya tidak memperoleh pendidikan seks merasa tidak ada masalah dengan seks dan seksualitas mereka dimasa dewasanya. Memang pendidikan seks pada akhirnya adalah sebuah pilihan. Ada yang merasa perlu dan juga merasa tidak perlu. Tetapi dengan pendidikan seks yang diajarkan, individu dapat lebih bertanggung jawab dalam menentukan pilihan dalam kehidupan seks-nya dimana pilihan-pilihan yang diambil didasarkan informasi dan fakta ilmiah.
Mereka juga adalah individu yang bersikap positif terhadap seksualitasnya dan individu lain dan relatif berperilaku seks yang sehat, jika dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah mendapatkan pendidikan seks. Pertimbangannya mendapat seks edukasi atau tidak, anda, kita, atau anak-anak kita pada suatu saat pasti dihadapkan dengan pilihan-pilihan sehubungan dengan seksualitasnya, baik secara langsung atau tidak kita harus memutuskan pilihan yang akan dijalani, selama kita yakin akan akibat dari keputusan tersebut pada diri kita dan orang lain nantinya.
Harus diingat bahwa tanggung jawab seksual kita terhadap orang lain adalah sama pentingnya dengan tanggung jawab terhadap diri kita sendiri. Satu ukuran yang dapat diaplikasikan pada segala situasi yang kita temukan, adalah dengan bertanya "how would I like to be treated myself?" .